Dalam waktu yang singkat, dari jari ke jari batu akik
menyebar ke seluruh Indonesia. Semua batu diburu, dari batu yang ada di gunung,
di goa samapai yang ada di dasar sungai bahkan di pinggir jalan, untuk dijadikan
batu cincin.
Meskipun berasal dari berbagai daerah seperti Aceh, Lampung,
Banten, Garut, Kalimantan, Sulawesi dan daerah lainnya di Indonesia, beragam
jenis dan warna batu tidak membuat batu tersebut saling memojokan,
mengancam apalagi terbelah menjadi dua
kubu. Para pemilih dibebaskan untuk memilih batu sesuai dengan kata hatinya.
Batu akik, orang bebas memilih tanpa ancaman, tanpa perlu
takut di stempel kapir sebab tidak memilih batu ruby misalnya.
Setiap orang bebas mengekspresikan tenaga dan pikiran demi
mengkilapnya batu akik pilihannya, tidak peduli ini batu apa, itu batu apa,
cocok dengan kata hati, dipilihlah batu tersebut.
Sebuah batu akik sampai jadi indah dan mengkilap merupakan
hasil kerjasama antara pencari, penggali, pembuat, pengepul, pedagang, pembeli
atau orang – orang yang cinta batu akik, dan mereka berasal dari berbagai
golongan, agama dan suku bangsa.
Banyak orang memilih dan merawat batu akik selain untuk
dirinya sendiri juga untuk anak cucu di masa yang akan datang, seakan mereka
ingin menyampaikan bahwa kerjasama, saling menghormati, saling menghargai tanpa
membeda – bedakan suku, agama atau golongan tertentu bisa membuat sebuah batu
yang tadinya tidak menarik menjadi menarik dan indah.
Banyak orang dari berbagai kalangan, tanpa diberi
amplop berisi 20 ribu, tanpa diiming –
imingi perbaikan jalan desa, bahkan sebaliknya, orang – orang rela mengeluarkan
isi dompetnya untuk batu pilihannya.
Dari pengangguran sampai pegawai negeri , dengan senang hati
bisa ikut berpartisipasi dalam membentuk , memperbaiki dan menghaluskan batu
pilihannya sampai mengkilap, saking senangnya mereka bisa turut berpartisipasi,
mereka rela mengorbankan celananya untuk menggosok batu jagoannya, sekali lagi
tanpa diminta.
Coba partai politik melihat mengapa orang – orang begitu
antusias memilih batu akik, bahkan tidak sedikit yang ingin mewariskan batu
pilihannya kepada anak cucu mereka, maka partai politik tidak perlu keluar
banyak uang untuk kampanye, mungkin DPR tidak akan terpecah, para pemimpin tidak
akan mementingkan diri sendiri dan setiap golongan tidak akan “ge er” menganggap golongannya saja yang paling
benar, lainnya sesat.
Orang-orang politiknya harus bermental kaya dulu Kang Opik baru bisa meniru batu akik.Saya menduga banyak dari mereka masuk ke jabatan pemerintahan atau dewan itu karena cari kerja. hiks...hiks...
ReplyDeleteiya kang komar saya kira seperti itu, mencari uang dengan uang, maksudnya pinjam sana pinjam sini untuk menduduki jabatan tertentu setelah tercapai, bukan tugas pokok pekerjaan yang dikerjakan tetapi segala cara dilegalkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut pleus keuntungan sebanyak - banyaknya
ReplyDeleteKebiasaan buruk mereka harus kita pangkas. Walaupun kita dalam keadaan tidak bergelimang harta, tapi saat jadi pejabat (kalau-kalau), sudahlah kita pura-pura sudah berkecukupan saja agar tidak korup uang rakyat. :D
Delete