Tuesday, March 3, 2015

Sekolahlah Tinggi - Tinggi

Buat apa sekolah tinggi - tinggi jika tidak jadi PNS, ngabis-ngabisin uang saja, ini yang sering saya dengar dari kebanyakan masyarakat lingkungan tempat saya tinggal. Selintas ada benarnya juga, jika sudah keluar uang banyak untuk sekolah tinggi - tinggi berarti besarnya uang yang dikeluarkan harus lebih sedikit dari yang didapatkan setelah lulus sekolah tinggi.

Sekolah, banyak orang (anak terlebih orang tua) sekolah dengan harapan setelah lulus dapat pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi, lebih berharap lagi menjadi pegawai kantoran, dari semua itu, menjadi pegawai negeri merupakan dambaan bagi banyak orang, jika engkau seorang pegawai negeri, masih muda, belum menikah, maka engkau sangat beruntung, peduli jalan apa yang kau tempuh untuk jadi PNS, peduli engkau lulusan sekolah menengah atau sekolah tinggi, disini bukan perkara sedikit atau banyaknya pengetahuan yang kau miliki, bukan perkara tinggi rendahnya pendidikan yang kau tempuh, tetapi soal pegawai negeri atau bukan.

Bekerja yang baik itu, menurut kebanyakan masyarakat adalah pergi ke kantor, berangkat pagi, pulang sore, dapat gaji tiap bulan, dan ini adalah tujuan orang tua menyekolahkan anaknya, jika tidak seperti itu maka sekolah tinggi - tinggi tidak ada gunanya selain ngabis - ngabisin uang saja.

Apapun pandangan masyarakat tentang pendidikan tinggi, sekolahlah tinggi-tinggi, sebab ilmu tidak harus selalu menghasilkan banyak uang, tetapi membentuk cara berpikir, dengan semakin banyaknya ilmu yang kita miliki, bekerja apapun akan lebih memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar, lebih luas lagi bagi bangsa ini.

Meskipun anggota DPR kebanyakan sekolahnnya tinggi tetapi bisanya hanya membebani bangsa ini saja, sampai saat ini saya masih meyakini bahwa sekolah tinggi - tinggi itu penting untuk yang mampu. Pemilik warung klontongan yang pendidikannya tinggi akan berpikir matang-matang ketika memilih makanan yang akan dijual terkait aman tidaknya makanan tersebut jika dijual ke warga lingkungan sekitar.

No comments:

Post a Comment