Thursday, February 12, 2015

Marjinal : Rencong Marencong

Baru mendengar lagi marjinal, teringat masa SMA dulu, pertama kali mengenal Marjinal lewat lagu Aparat Bangsat yang dinyanyikan berulang - ulang oleh salah seorang teman saya saat kami kemping di kaki gunung manglayang. Sejak itu saya mencari kaset marjinal hingga saya dapat dari teman tersebut. Sampai sekarang saya suka dengan lirik lagu - lagu marjinal, penuh semangat, jujur, mengangkat realitas yang terjadi di masyarakat,

Dan judul lagu rencong marencong, meskipun saya tidak tahu persis arti judul tersebut, tetapi mendengar isinya, saya merasa ada kekuatan untuk tidak sedih berlarut-larut ketika disapu badai, ketika sakit, ketika berselimut dingin.

Yang ada di barat, yang ada di timur, yang ada di utara, yang ada diselatan, yang digunung, yang dibalik tembok, yang disapu badai, yang di pasar-pasar, yang di desa-desa, yang di kota-kota, yang di kolong jembatan, yang terbakar matahari, yang terbujur sakit, yang berselimut dingin, semuanya disapa, sepertinya lagu ini diperuntukan untuk orang - orang yang dirampas haknya, untuk orang - orang yang ditangkapi tanpa alasan yang jelas, untuk yang berjuang mempertahankan hidup ditengah hukum rimba dimana yang lemah, jangankan mengajukan praperadilan saat dijadikan tersangka, digebuki karena dituduh sesat oleh orang - orang yang hidupnya dipenuhi rasa curiga, mereka tidak berdaya.

Jika memperhatikan tampilan marjinal, orang - orang bermental priyayi bisa jadi alergi melihatnya, kesan urakan melekat pada mereka, ah, apa arti berpakaian rapi dan sopan ketika orang - orang berpakain rapi dan sopan pandai korupsi, ahli menindas sesama, pintar menipu dan hapal berbohong.

Topik, Februari 2015

No comments:

Post a Comment