sumber gambar : wajahbocah.com
Dilihat dari postur tubuhnya, matanya yang menonjol itu seperti mau loncat dari tempatnya, menyorot tajam seakan mau mencabik siapa saja yang ada dihadapannya dengan paruhnya yang kokoh dimana pangkal paruh tersebut sampai ke bawah mata, kakinya mencengkram kuat, sayapnya mengepit rapat, geraknya lincah, dan suaranya yang merdu berkicau tiada henti, sepertinya burung itu mahal harganya.
Tetapi bagi kicaumania tebal modal, kalau sudah jatuh hati,
berapapun harganya, tidak butuh waktu lama burung itu bisa pindah ke rumah
kicaumania tersebut, tidak selesai sampai disitu, sangkar dari kayu jati
beserta tangkringan dari ranting pohon asem yang lurus selurus penggaris pun
disediakan sebagai tempat tinggal burung pilihannya.
Biasanya, jika seekor burung mampu memuaskan majikan barunya
dengan rajin berkicau pagi, siang, sore, kalau perlu malam hari, burung
tersebut akan berada ditangan majikan barunya itu dalam jangka waktu yang lama
apalagi jika majikan tersebut benar – benar menyayanginya dengan setulus hati,
tidak demikian halnya jika berada ditangan orang yang tidak sabaran, mudah
bosan seperti saya, ups keceplosan.
Entah berapa banyak burung di dalam sangkar, berpindah dari
pedagang ke rumah, dari rumah ke rumah, kadang ke pedagang lagi, dan mungkin
salah satunya pernah singgah di rumah saya, oalah keceplosan lagi.
Beruntung jika burung di dalam sangkar tersebut sampai ke
tangan yang memiliki kasih sayang sejati terhadap burung, ia memeliharanya
setulus hati, jika memungkinkan, untuk menjaga kepunahan burung yang terlanjur
lama hidup di dalam sangkar itu, ia mencoba menangkarkannya.
Tidak sedikit orang suka memelihara burung karena burung
tersebut rajin berkicau tetapi jika sudah mogok berkicau karena mungkin
mengalami berbagai masalah, stress, masih untung jika dijual, jika tanpa ampun
ditelantarkan dan sampai ada yang mati, kan kasihan. Dalam hal membunuh,
manusia adalah makhluk yang paling keji.
Mungkin burung juga pengen merasakan kasih sayang yang tulus
dari pemiliknya, bisa jadi dengan diamnya itu merupakan protes bahwa buat apa
dikasih sangkar bagus, pakan terbaik, jika hanya sekedar ingin menikmati
kicauannya saja, tidak lebih, tanpa memperhatikan sedikitpun perasaan burung
tersebut yang mungkin rindu pasangan, ingin mempertahankan keturunan, manusia
memang kejam.
Jika sudah begini, jadi ingat burung saya (asu, keceplosan lagi) yang ditukar tambah, dijual kembali hanya karena burung
tersebut tidak rajin berkicau bahkan macet, sama sekali tidak berkicau.
Topik, Januari 2015
No comments:
Post a Comment