Friday, January 9, 2015

Black, Kenapa Kau…

Perasaan, aku selalu memperhatikan engkau black, walau kadang engkau tidak kumandikan meskipun bodimu yang sering kehujanan itu, dipenuhi lumpur seperti motor trail yang baru pulang dari hutan menelusuri jalan berlumpur, itu bukan semata aku tidak memperhatikan engkau, tapi kadang aku malas.

Batre yang kubeli untuk menyalakan seluruh lampu yang kau punya, bukan sengaja tidak aku pasang atau aku biarkan berbulan – bulan sampai batre tersebut keluar air accu-nya, itu  juga bukan karena aku tidak perhatian sama kau, tapi aku belum mampu mengusir rasa malas ini.

Montir yang membangun engkau itu, masih ingatkah, berkali – kali dia member tahu bahwa platina kau sudah harus diganti sebab katanya, selain kondisinya bekas pakai, sudah tipis pula, tapi berkali – kali juga aku bilang, nanti saja bro,  aku sedang malas.

Sekarang, saat aku sedang bangga – bangganya menunggangi engkau membelah angin di jalan raya Cadas Pangeran, tiba – tiba secara sepihak engkau menghentikan laju engkau di tengah jalan, aduh black, untung dibelakang kita tidak ada mobil  yang kebut – kebutan, andai ada, mampuslah kita. Aku kira engkau muak dengan asap knalpot mobil besar di depan kita, tapi setelah aku selah berkali – kali, engkau tidak mau hidup, sakitkah engkau black, atau marah, beri aku penjelasan kenapa engkau seperti itu, biasanya kan, sekali selah engkau langsung blarr blarrr, jika mendengar suara knalpotmu black, hatiku bergetar, serasa gimana gitu.

Black kenapa kau, dengan diammu itu, aku jadi bingung, apalagi aku tidak melihat bengkel yang dekat dengan lokasi tempat kita berada, untung tempat yang kita tuju jalannya menanjak, jadi aku bisa balik arah untuk mencari bengkel, mudah – mudahan tidak terlalu jauh, lagipula, dengan jalan yang menurun, aku tidak harus mandi keringat menuntun engkau.

Dan benar black, tidak lama kemudian bengkel kita temukan, mudah – mudahan montirnya bisa mendeteksi masalah yang engkau alami.

Tapi kelihatannya, makin lama montir memeriksa kau, makin bingunglah montir tersebut, engkau tidak mau hidup, aduh black, kenapa engkau ini, apa yang harus aku lakukan sementara hari semakin sore, aku janji black, setelah engkau hidup seperti biasanya, aku akan lebih memperhatikan engkau, itupun jika aku tidak sedang malas, mengertilah kau black akan kondisiku sekarang ini.

Sebab engkau kuat pada pendirianmu untuk tetap bungkam seperti itu, mau gimana lagi, terpaksa engkau aku tinggal dulu di bengkel, aku titipkan engkau pada montir, hari sudah mau magrib, kasihan montir itu, barangkali dia mau istirahat.

Besok aku kembali  menjemput kau, kali ini bersama montir yang telah menangani engkau sejak dari awal pengapianmu diganti dengan platina mobil, aku tinggal dulu black, baik – baik kau disitu.

Topik, Januari 2015

No comments:

Post a Comment