Menyinggung pelaksanaan testing CPNS dari honorer kategori
II yang diselenggarakan pemerintah pusat, tentunya biaya yang dikeluarkan tidak
sedikit, tetapi bagaimana pemerintah mempertanggung jawabkan biaya tersebut
terkait dengan hasil testing yang dilaksanankan serentak di seluruh Indonesia.
Ketidakmengertian saya mulai timbul ketika pemerintah khususnya
Menpan menyatakan ragu tentang kebenaran honorer k2 setelah testing
dilaksanakan, ini berarti Menpan, yang selalu menggembor – gemborkan reformasi
birokrasi itu, tidak melakukan persiapan yang matang dalam mengadakan testing
tersebut.
Idealnya, lakukanlah reformasi birokrasi dulu, benahi PNS
yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, lakukan verifkasi dan investigasi
honorer K2 sampai benar – benar tidak terselip satupun honorer K2 bodong, baru
setelah itu lakukan seleksi CPNS honorer K2.
Dalam seleksi CPNS, Jangan seperti memberikan peralatan
montir mobil pada peternak kambing, sebab ini menyangkut biaya yang tidak sedikit.
Ketidakmengertian saya bertambah disaat honorer kategori II
yang tidak lulus testing disuruh melakukan pemberkasan, hal itu dilakukan atas
dasar banyaknya honorer k2 yang lulus testing menjadi Tidak Masuk Kriteria (TMK),
bagaimana ini, buat apa diadakan testing jika honorer k2 yang tidak luluspun
disuruh melakukan pemberkasan.
Lalu apa fungsi dari testing tersebut, jika yang lulus dan
tidak lulus sama – sama disuruh melakukan pemberkasan, bukankah ini
membingungkan.
Dan bagaimana menpan mempertanggungjawabkan besarnya biaya
yang dikeluarkan dalam melaksanakan testing honorer K2 di seluruh Indonesia terkait dengan hasil
testing tersebut.
Sebab jika yang lulus pemberkasan dan yang tidak luluspun pemberkasan, itu sama dengan, yang pintar silahkan jadi CPNS dan yang bodohpun tidak apa – apa jadi CPNS, juga sama dengan, tanpa testing pun penerimaan CPNS dari Honorer K2 bisa dilaksanakan.
Jika seperti itu, sebaiknya, menurut saya, menpan tidak
perlu menggembor gemborkan reformasi birokrasi, sebab itu omong kosong belaka
dan menurut saya hanya gaya – gayaan Menpan saja atau istilah populernya hanya
pencitraan.
Topik
Oktober 2014
No comments:
Post a Comment