Perjuangan agar dipilihnya kepala daerah melalui DPRD gencar
dilakukan oleh orang – orang yang tidak berhasil mendapat simpati dari rakyat,
mereka marah, dendam, sebab kalah dalam pemilihan presiden kemarin yang dilakukan
secara langsung, bagaimana bisa, jagoan
dari gabungan partai besar bisa dikalahkan oleh satu partai besar yang hanya
didukung beberapa partai kecil, kalau bukan rakyat penyebabnya.
Tidak habis akal, tidak dapat kursi presiden, kursi kepala
daerah pun jadi, bisa dijadikan alternatif untuk menguasai negeri ini, tetapi
alternatif tersebut tidak akan berjalan jika masih rakyat yang memilih secara
langsung.
Karena itu menggolkan RUU Pilkada bagi mereka merupakan perjuangan
mati – matian membela kesejahteraan kantong celana masing – masing. Menurut mereka,
politik uang akan berkurang jika sistem pemilihan diubah menjadi tidak
langsung, selain itu mereka berpendapat bahwa rakyat sudah terlalu liberal.
Menurut saya, akan menghemat uang untuk kampanye sebab
kemarin sudah banyak mengeluarkan uang ke calon pemilih tetapi hasilnya
mengecewakan, ingin diminta lagi uangnya, masa dari sekian banyaknya rakyat
yang dikasih uang dimintai satu – satu, jika melalui DPRD kan enak, selain
nyogoknya hanya ke Partai Politik, jika hasilnya mengecewakan, kan menelusuri
uangnya gampang, cukup di DPRD saja. Selain itu Partai Politik juga enak jika
berhasil menggolkan seseorang jadi kepala daerah maka kepala daerah tersebut bisa
dijadikan, seperti kata ahok, “sapi perah” oleh DPRD. Jadi sama – sama enak
dalam menjalankan praktek ngibulin rakyat.
Jika dicermati, perjuangan mereka seperti dapat wangsit dari
Harto, jika ingin kaya, jangan libatkan rakyat dalam urusan memilih pemimpin, di jamanku dulu, mana ada rakyat yang bebas memilih
pemimpin selain harus memilih aku, tentang ahok yang melawan mantan menantuku, di
jamanku, culik dan musnahkan.
Kata Harto sambil tersenyum, piye kabare anak buahku, mantan menantuku, enak
jamanku to, enak korupsi, enak berbuat semaunya, enak menculik orang – orang berpikiran
seksi, enak memimpin rakyat yang dirobotkan.
Topik
September 2014
No comments:
Post a Comment