Ada ada saja tingkah mahasiswa indonesia, mengirim email ke hacker top dunia, bukannya minta diajari, ini malah minta merubah nilainya dengan meretas website kampus.
Dalam emailnya, Raffy Nindyo yang mengaku seorang mahasiswa
asal Indonesia meminta bantuan Kevin Mitnick untuk meretas situs kampus dan
mengubah nilainya. (merdeka.com, 18/9/2014)
Bikin malu saja, dan
yang lebih malu lagi banyak penduduk dunia mengetahui email yang dikirim Raffy
Nindyo, sebab emailnya ditampilkan di twitter pribadi Kevin Mitnick.
Tetapi dibalik tingkah yang memalukan itu setidaknya terselip
pesan tentang arti sebuah nilai di negeri ini, lagi – lagi sebuah nilai, angka
keramat yang menakutkan bagi pelajar di Indonesia.
Bagaimana tidak, disaat lulusan perguruan tinggi hendak
mendaftar lowongan kerja, mereka tidak diberi kesempatan menunjukan keahlian
untuk bidang yang dilamarnya sebab terbentur sebuah nilai, belum apa – apa, di
persyaratan sudah dicantumkan dengan sangat jelas bahwa IPK minimal 2,75, ini berarti
pelamar yang memiliki IPK di bawah 2,75 tidak diberi kesempatan untuk melamar.
Keahlian, pengetahuan dan cara berpikir para pelamar, itu urusan
belakangan, yang penting nilai dulu yang harus besar, seperti yang terjadi pada
lowongan Calon Pegawai Negeri Sipil saat ini, banyak instansi pemerintah yang
melarang warganya ikut mendaftar hanya karena IPK dibawah 2,75.
Menurut saya, jika pemerintah tidak menjadikan angka – angka,
tetapi keaslian sebuah karya para pelajar yang dipresentasikan sebagai penentu
kelulusan, seburuk apapun karya tersebut asal benar – benar hasil sendiri maka
ia lulus, tetapi sebagus apapun karya tersebut tetapi hasil jiplak sana jiplak
sini maka ia tidak lulus, maka kejadian memalukan ini tidak akan terjadi.
Barangkali mahasiswa yang mengirim email ke Hacker top dunia
tersebut, kepepet oleh desakan orang tua atau penyedia lowongan kerja yang
menuntut, bukan keahlian tetapi angka tinggi di transkrip nilai, sehingga nekad
mengirim email tersebut dengan harapan dapat bantuan dan tidak diketahui orang
lain,
Tetapi yang terjadi malah jadi olok – olok hacker top dunia sehingga
diketahui orang – orang di seluruh dunia dan ini secara tidak langsung menjadi sebuah
tamparan bagi dunia pendidikan di negeri ini.
Topik
September 2014
No comments:
Post a Comment