Sunday, September 21, 2014

Tak mengenal tempat, guru cabul ada dimana - mana

Maraknya pemberitaan tentang guru – guru cabul, perusak masa depan generasi muda kita, mulai dari guru sekolah internasional hingga guru pesantren, membuat saya heran, ada apa ini, rasanya dulu tidak seperti ini atau dulu juga seperti ini, bedanya, sekarang dengan kamajuan teknologi informasi, kabar – kabar di pelosok mudah diberitakan di media – media online.

Hari jumat saya baca berita di kompas.com tanggal 19/9/2014, lagi – lagi ulah guru pesantren,

“Kata Edy, berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, santri yang menjadi korban pelaku, disetubuhi bersamaan dengan acara doa bersama. “Jadi hampir setiap malam, sekitar pukul 21.00- 22.00, di ponpes tersebut digelar acara doa bersama seluruh santri, yang dipimpin pelaku,” terang dia.”

Pada saat itulah, korban yang akan disetubuhi diajak masuk ke dalam ruangan khusus, tempat pelaku memimpin acara doa bersama tersebut. “Alasannya untuk menemani pelaku untuk membacakan wiridan-wiridan. Begitu acara doa bersama dimulai, tersangka ini langsung menyetubuhi korban- korbannya. Karena ramainya suara pembacaan doa bersama tersebut, suara dari dalam ruangan tidak akan terdengar,” ujar Edy. kompas.com (19/9/2014)

Kenapa guru – guru tersebut, apakah mereka itu orang – orang yang masa kecilnya pernah diperlakukan seperti itu, atau keseringan nonton film porno, atau masa kecilnya berada di lingkungan yang tabu membahas pengetahuan tentang sex sehingga dipendam lalu setelah dewasa tak lagi bisa dipendam dan akhirnya tanpa disadari dilampiaskan dengan perilaku menyimpang.

Apapun latar belakang terjadinya penyimpangan tersebut, bagi kita, yang punya anak atau saudara usia sekolah,  sebaiknya memberi pengetahuan sejak dini, tentang mana saja bagian tubuhnya yang boleh dan tidak boleh dipegang oleh orang lain, siapapun itu termasuk guru sekolah dan guru ngaji, dengan harapan mereka bisa melakukan perlawanan ketika mulai ada gelagat guru atau orang dewasa yang mengarah ke pencabulan.

Sebab dari kabar yang marak diberitakan akhir – akhir ini, ternyata para perusak masa depan anak – anak dan generasi muda tidak mengenal tempat, mereka ada di sekolah, mereka ada di pesantren, ada di rumah - rumah, mereka ada dimana – mana.

Harusnya, demi kenyamanan umat dalam ikhtiar menuntut ilmu, FPI sweeping orang – orang cabul seperti itu, bukannya ribut menolak ahok jadi gubernur, ahok itu kan tidak merusak mental generasi muda, tetapi sebaliknya, memberi contoh nyata buat generasi muda, bukan sekedar pidato dan koar - koar saja, bahkan menurut pimpinan daerah muhammadiyah DKI Jakarta, ahok itu perilaku anti korupsinya mencerminkan Islam.

Topik

September 2014

No comments:

Post a Comment