Entah bagaimana sejarahnya, krisis percaya diri masyarakat
Indonesia sampai saat ini tak kunjung sembuh, orang menjadi berani berlebihan karena
punya saudara aparat, karena punya teman yang jago berkelahi, karena sahabatnya
si anu, si itu, karena anak pejabat.
Gampang marah, selalu tidak terima kesalahan, di jalan raya selalu
ingin menang sendiri (sampai – sampai menempelkan logo bekingnya di plat nomor
kendaraan) adalah beberapa ciri orang yang bangga dengan ‘beking’ nya, jika
ditegur ia berkata saya ini anaknya bapak anu, sahabatnya bapak itu, jika ada
yang mengancam ia berkata “ah gampang, tinggal bilang sama bapa anu, dicari,
ditemukan, disiksa dan semua beres.” Ia sudah tidak percaya lagi dengan kemampuan
dirinya.
Kepercayaan diri merupakan aset berharga bagi seorang
manusia yang jika dipupuk sejak awal, dikembangkan, hal positif apapun yang dilakukan
meskipun gagal ia selalu berkata lantang “kemampuan saya baru bisa sampai
disitu, lain kali saya akan berusaha untuk tidak gagal lagi.” Berusaha tanpa
putus asa dan tidak menggantungkan keberaniaanya pada orang lain adalah ciri orang
yang masih memiliki kepercayaan diri.
Sejatinya yang dibutuhkan oleh negeri ini adalah anak – anak
bangsa yang masih memiliki kepercayaan akan kemampuan dirinya, yang selalu berusaha
tanpa mengenenal putus asa. Bukan anak si anu, saudara si ini, sahabatnya si
itu, bangsa ini seharusnya tidak butuh orang – orang yang berani karena punya ‘beking’.
topik
september 2014
No comments:
Post a Comment