Di akhir – akhir masa jabatannya, pak SBY bikin kebijakan
yang membingungkan, membatasi penjualan solar, kenapa solar pak SBY, bukankah
sarana transportasi pengangkut kebutuhan pokok masyarakat khususnya kelas
menengah ke bawah menggunakan bahan bakar solar. Atas dasar dan perhitungan
macam apa sehingga tega – teganya pak SBY ingin membatasi penjualan solar,
kenapa tidak premium saja yang banyak digunakan kelas menengah ke atas.
Atau kebijakan ini timbul gara – gara jagoan dan besan bapak
kalah di Pilpres kemarin dimana kebanyakan para pemilihnya dari kelas menengah
ke atas, sehingga pak presiden marah kepada masyarakat bawah dengan cara
membatasi solar, jika memang demikian lebih baik bapak turun sekarang juga dari
kursi kepresidenan.
Pak presiden yang terhormat, kebijakan bapak ini dapat
membuat rakyat bawah kebingungan. Kenapa pak SBY ini, jangan mentang – mentang
tidak akan menjabat Presiden lagi dong Pak, kasihan rakyat bawah pak.
Dibanding solar lebih baik premium yang dianikan pak, jangan
sibuk bikin lagu dong pak, bangun, bergerak, turun kebawah, biar bapak tahu
bagaimana jerit tangis anak kecil yang kelaparan, bagaimana derasnya keringat
para pekerja yang mencari sesuap nasi, bagaimana para sopir truk angkutan yang
rindu berat pada anak istrinya menulis “pulang malu, tak pulang rindu” di
belakang karesori truk mereka.
Jika bapak “keukeuh” membatasi penjualan solar, sambil
nunggu presiden baru resmi menjabat, biarkan saja lah sementara ini, kepalang
mampus, Indonesia tanpa presiden, agar tidak timbul lagi tingkah laku bapak
yang akhir - akhir ini sering membingungkan masyarakat.
Topik
Agustus 2014
No comments:
Post a Comment