"Seseorang yang baru pelaksana tugas gubernur saja sudah berani desak seorang menteri untuk terbitkan rekomendasi. Padahal, kalau kami terbitkan rekomendasi, saya sama saja dengan menggantung semua staf Kemenpora untuk kemudian masuk ke gedung ini," kata Roy Suryo di Gedung KPK, Senin (23/6/2014). Kompas Selasa, 24 Juni 2014
Sebetulnya kenapa pak menteri ini, kok kata – katanya seperti itu, didesak plt gubernur saja uring – uringannya minta ampun. Padahal plt gubernur yang dicibir pak menteri sampai saat ini menunjukan kemampuannya yang baik di mata rakyat, bahkan pak menteri ini belum tentu bisa menyamai kemampuan pak plt gubernur.
Atau malah pak menteri cemburu karena plt gubernur dapat prestasi baik dimata rakyat sedangkan pak menteri tidak.
Perkataan pak menteri ini merupakan contoh yang tidak baik bagi anak – anak sekolah jika di pikiran mereka pak menteri ini adalah orang yang terhormat sehingga apapun yang dikatakan pak menteri bisa jadi benar bagi mereka.
Saya khawatir perkataan pak menteri ini dapat menimbulkan benih “pembenaran untuk penyembah jabatan” di pikiran anak – anak sekolah.
Dan yang lebih khawatir lagi bagaimana jika perkataan pak menteri ini tertanam kuat di pikiran anak – anak sekolah sehingga nantinya mereka berpikir bahwa memperlakukan seseorang itu bukan dari kemampuan yang dimiliki tetapi dari jabatannya.
Pak menteri, pak menteri, bagaimana pak menteri ini…
Bukankah kemampuan lebih penting dari sekedar jabatan. Kok bisa – bisanya pak menteri memperlakukan seseorang dari jabatannya bukan dari kemampuan dan prestasinya.
Topik
Juni 2014
No comments:
Post a Comment