kakek pedagang keliling, setiap adzan dzuhur berkumandang kau slalu kulihat datang, dalam terpaan hujan, sengatan matahari, kau selalu kulihat datang, sosok lelah dan keriputmu menarikan kedamaian, sering aku ingin turut serta menari bersama kedamaian yang kau tarikan, tetapi meski jarak kadang tidak sampai 1 meter rasanya sulit bergabung bersama tarianmu kakek.
sekitar setahun sudah aku mengenal sosok, tindakan dan gerak – gerikmu, ah barangkali hanya aku yang mengenalmu kek, belum tentu kau mengenal aku, sosok manusia seperti kakek berbeda dengan manusia indonesia pada umumnya, sedangkan sosok manusia seperti aku sangat banyak terdapat di negri ini, sehingga kakek akan sulit membedakan mana aku dan mana mereka.
akhir - akhir ini sepertinya aku ga melihat kakek, di teras mesjid ini sambil menunggu adzan dzuhur berkumandang aku selalu menantikan kakek, menantikan kedamaian yang kau tarikan kek, tapi kakek ga kunjung datang,
kemana kau kakek, aku rindu tarianmu, tarian kehidupan yang selalu membuatku mabuk dan lupa akan motor besar, mobil mewah, rumah mewah, uang melimpah, tanah berhektar-hektar, kerbau baratus – ratus, lupa akan tumpukan harta, lupa semua kefanaan yang sering menjeratku dan membuatku kesulitan untuk menari.
sesungguhnya, dalam pengembaraan ini, aku ingin mabuk dan menari seperti kakek
topik
cicelot, 7 september 2011
No comments:
Post a Comment