Setiap tahun bulan dana PMI diselenggarakan, masyarakat dianjurkan memberikan kontribusinya, PMI memberi kupon kepada penyumbang dana PMI, harga kupon bervariasi, harga kupon untuk pelajar berbeda dengan pegawai, berbeda dengan pengunjung tempat wisata seperti kebun binatang, berbeda dengan mahasiswa.
Biasanya harga kupon disesuaikan dengan kemampuan agar tidak
memberatkan para penyumbang, misalnya kupon untuk pelajar hanya sebesar
500 rupiah, sepintas uang lima ratus
rupiah di hari ini tidak terlalu berharga, dengan uang lima ratus rupiah hanya
bisa mengirim satu dua sms ke nomor yang beda operator, saya sering melihat
uang lima ratus rupiah tergeletak begitu saja di jalan, tidak ada satupun orang
yang menghiraukannya.
Meskipun uang lima ratus rupiah kelihatannya tidak berharga,
tetapi dengan uang lima ratus rupiah yang disumbangkan melalui PMI, kita sudah
turut serta membantu sesama yang membutuhkan darah, betapa senang dan sangat
berterimakasihnya ketika orang yang membutuhkan darah golongan tertentu dan
harus ada di hari itu juga, lalu tersedia di PMI.
Tentunya ketersediaan darah di PMI tergantung dari kesadaran
masyarakat akan pentingnya darah, sehingga dengan senang hati masyarakat
mendonorkan darahnya, tetapi tidak semua masyarakat berani disuntik, jangankan
disuntik, melihat jarumnya saja takutnya minta ampun, disinilah sumbangan dana
berupa uang berperan, bagi yang takut melihat jarum suntik, bisa menyumbang
dengan uang atau dengan apapun yang bisa membantu Palang Merah Indonesia dalam
menyediakan darah yang akhirnya darah tersebut digunakan untuk masyarakat itu
sendiri, bukan hanya ketersediaan darah, PMI juga menggunakan dana sumbangan tersebut untuk membantu masyarakat korban bencana.
Meskipun begitu, ada saja orang yang tidak mau menyumbang
untuk PMI, menolak untuk menyumbang, meski hanya dua ribu rupiah saja, orang
seperti ini baru akan merasa bahwa tindakannya itu salah besar setelah ia atau
anggota keluarganya berada di posisi membutuhkan darah.
Kadang ada segelintir orang yang berpikir “lima ratus atau
dua ribu rupiah itu kan satu orang, jika misalnya tiga puluh ribu orang ,
berapa ratus juta uang yang didapat PMI, enak benar PMI” dan akhirnya ia tidak
menyumbang meski hanya lima ratus atau dua ribu rupiah saja.
Coba bandingkan, berapa uang yang kita habiskan untuk
sebungkus rokok setiap harinya, atau untuk sms – an dengan pacar, dimana uang
yang kita keluarkan hanya dirasakan oleh kita sebagai penikmat atau pengguna
dan oleh penyedia atau pengusaha, sedangkan PMI, selain untuk kita juga untuk
seluruh masyarakat Indonesia.
Jangan sampai keinginan untuk menyumbang atau mendonorkan
darah datang ketika kita sangat membutuhkan darah lalu di PMI tidak tersedia,
dimana ketidaktersediaan tersebut diakibatkan oleh sedikitnya masyarakat yang
mau mendonorkan darahnya atau sedikitnya masyarakat yang mau menyumbang meski
hanya lima ratus atau dua ribu rupiah saja.
Topik
Oktober 2014
No comments:
Post a Comment