Basuki justru memastikan diri datang ke undangan pernikahan
yang diselenggarakan di kampung, daripada di gedung – gedung mewah. Biasanya,
basuki hanya mengirim bunga ucapan untuk mereka yang menikah di gedung –
gedung.(Kompas.com, 24-8-2014)
Jadi ingat masa dulu saat bersama pemuda di kampungku akan
mengadakan acara tujuh belas agustusan, waktu itu kami akan mengadakan acara
pengajian dengan mengundang penceramah kondang tetapi terbentur masalah biaya
untuk membayar penceramah tersebut, dan acara pun hanya mampu menampilkan bakat
– bakat kreatif anak muda dikampungku.
Waktu itu saya sering keheranan, kenapa ustad kondang, saat diminta memberi
siraman rohani untuk kaum muda, susahnya minta ampun. Sementara yang kusaksikan para ustad atau dai kondang sering
muncul di acara – acaranya orang atau kelompok berduit dan tempatnya di tempat yang
elegan, tidak ditempat yang urakan seperti di kampung – kampung pinggiran.
Rasanya saya belum pernah melihat ustad apalagi dai kondang tampil menjadi penceramah di acaranya orang miskin, misalnya di acara pernikahan orang - orang misikin.
Rasanya saya belum pernah melihat ustad apalagi dai kondang tampil menjadi penceramah di acaranya orang miskin, misalnya di acara pernikahan orang - orang misikin.
Barangkali kelakuan ustad yang seperti itu yang
membuat jarak antara ulama dan umat, sehingga bukan keharmonisan antara ulama
dan umatnya tetapi yang sering terjadi adalah saling curiga antara ulama dan
umat.
Justru malah Ahok pemimpin dari non muslim lah yang sepanjang
pengetahuanku yang sejalur dengan kisah nabi Muhammad dalam hal hubungan dengan
sesama. Tidak membeda – bedakan dari kelompok, miskin atau kaya atau agama manapun dalam memberi pertolongan.
Tidak seperti kebanyakan ustad saat ini yang sering
menggembor – gemborkan bahwa mereka itu wakil dan pewaris para nabi tetapi
kelakukannya, jangankan menjalin hubungan antar sesama, malah bikin rusuh dan
ribut masalah kelompok dan golongan.
Topik
Agustus 2014
No comments:
Post a Comment