Monday, June 6, 2011

Sepuing cerita diatara puing-puing cerita yang berserakan di pulau nunjauh di tengah samudra malam

Akhir – akhir ini wajah abah slalu teringat bahkan seringkali menghiasi mimpi saya, “apakah saya rindu padanya?”, rindu akan masa – masa kecil slalu ada disampingnya mengembara kekampung – kampung rumah teman dan kerabat abah. 

Saat itu ayah saya disibukan oleh tugasnya sebagai pegawai negri yang harus siap ditempatkan dimana saja, begitu juga putri abah (ibu saya) seorang guru yang juga harus ikhlas mengamalkan ilmunya dimana saja sehingga saya lebih banyak menjajaki dunia bersama abah, 

saat berdoa untuk abah yang telah pergi selamanya meninggalkan saya dan juga dunia yang fana ini, slalu teringat akan perkataannya, anjurannya, pepatahnya 

beramal sebaiknya tidak dilakukan secara terang – terangan, junjung tinggi kejujuran walau terasa pahit, kebohongan apapun akhirnya akan diketahui meskipun tidak oleh orang lain tetapi oleh diri sendiri dan ini, oleh diri sendiri, yang akan membuat kau gelisah sampai akhir hayat nanti” begitu kira – kira perkataan, anjuran dan pepatah abah 

Sayang…, saya tidak mendapingi abah, tidak ada disisi abah disaat abah menghembuskan nafas terakhirnya, saya ingin menangis sekeras – kerasnya…, tapi apa gunanya menangis.., hanya menambah beban bagi abah, saya ingin selalu berdoa untuk abah “semoga abah mendapat tempat yang indah disana, lebih indah dari tempat – tempat yang terindah di dunia” dan yang sangat saya harapkan dan akan selalu berusaha untuk berdoa “semoga abah senantiasa berada dalam lindungan Allah pemilik segalanya”. 

abah… ini aku anak ruhani abah
abah... saya rindu abah…


Topik
Cipacing, 11 Juli 2005

No comments:

Post a Comment