Sunday, April 3, 2011

betapa aku mencintaimu

untuk tenny

betapa aku mencintaimu manisku
dalam urat – urat beton kota itu
masih ingatkah engkau kota tua tempat pertama kita bertemu


andai hidup selalu seperti itu

tetapi kita mahluk hidup
dimana keruh dan jernih seperti merah dan putih
dimana bahagia dan sedih seperti tom and jerry
meskipun begitu apakah keruh akan kita biarkan bebas berkeliaran mendominasi hati kita
apakah sedih akan kita biarkan mencoret – coret pikiran kita


kemarin bahasa hidup mengabarkan
tentang si kakek tukang becak yang liat menggoes meniti harapan
meski harapan sulit untuk diharapkan
tentang si anak penjual koran yang tak gentar menghadapi ribuan kendaraan di jalan – jalan raya kota mengumpulkan hasil keringat
meski hasil keringat sulit untuk dikumpulkan


manisku
di sunyinya jalan setapak
semoga angin gunung menjadi petunjuk
bukan malapetaka


di pekatnya malam di rimba raya
semoga api unggun menjadi semangat
bukan angkara murka


betapa aku mencintaimu manisku
dalam setiap hembusan udara
masih ingatkah engkau belaian udara di sela – sela pohon di sepanjang jalan kota tua itu
jalan dimana kita mulai merangkai sampan


topik
cicelot, maret 2011

No comments:

Post a Comment