Monday, April 27, 2009

Aku, tolong!

“Aku, mau kemana kau, ah sulit sekali menemukan engkau, eh – eh mau kemana berhenti dulu, nah begitu, sombong amat, kemana saja? Tega sekali membiarkan sahabatmu tersesat di belantara liar ini”

“Eh pik, kenapa, ada apa?”

“Aku, saya bingung, ketika saya merasa kita sudah tidak lagi sejalan, di saat itu saya kelihangan arah, tidak tahu dimana berjalan, terkadang berada di sebuah puncak, puas tetapi saya tidak tahu berada di puncak mana, dikepuasan apa, begitupun ketika berada di tanjakan, berkerikil tajam, bersemak berduri saya tidak tahu berada di tanjakan apa, di kerikil tajam yang mana, disemak berduri macam apa”

“Ah engkau mengada – ngada”

“Saya tidak mengada – ngada, ini benar – benar terjadi, memang dulu sehari sebelum saya merasa kita akan berpisah saya sering menganggap segala tindakan yang engkau lakukan adalah mengada – ngada sebab menerjang arus melulu sedangkan arus di waktu itu terlalu deras untuk diterjang, engkau jangan menyindir dong, saya sedang kebingungan”

“Dengan berani menerjang arus liar, meskipun sering terseret tetapi kita akan tahu mengapa kita sering terseret dan bagaimana cara mengatasinya”

“Itu tidak akan terjadi jika kita selalu takut menerjang arus tersebut, itu kan yang akhirnya ingin engkau katakan”

“Nah engkau tahu, lalu kenapa mesti bingung”

“Terlalu banyak sebab yang membuat saya ragu sebelum menerjang arus”

“Dan dengan keraguan yang terlalu menahun itu akhirnya hingga saat ini engkau, ah sudahlah aku mau pergi, masih banyak hal yang harus aku pelajari tentang terseretnya aku ke kehidupan yang sangat liar ini, mau ikut ga?

“Tetapi, aku”

“Kita tidak akan nyambung selama engkau selalu ragu bahkan takut dalam menerjang”

“Hendak kemana”

“Mau ikut ga?

“Tetapi”

“Ah, sudah tahu terseret, masih diam juga”

“Hey aku, saya harus bagaimana, engkau jangan pergi dulu”

“Huh”

“Lho kok pergi, aku, aku, mau kemana?”

“Aku, tolong!”

Topik
Bekasi, Februari 2009

No comments:

Post a Comment