Siang itu, suasana hari minggu di sekitar taman telor sumedang ramai sekali, saya turun dari angkot 04 jurusan cileunyi sumedang, saat berjalan di trotoar menuju tempat ngetem angkot 02 jurusan sumedang kadipaten tiba - tiba terdengar suara klakson dari arah belakang, spontan saya menoleh ke belakang dan sopir angkot 02 melambaikan tangan sambil setengah berteriak cimalaka.. legok.. paseh...
Tanpa mengiyakan saya pun naik angkot tersebut, di dalam angkot terlihat ada dua penumpang yang keduanya turun tidak lama setelah saya naik, tinggal saya sendirian, sopir angkot ngetem sebentar cari penumpang tetapi penumpang tak kunjung datang, angkot maju pelan, sopir menoleh ke kiri dan kekanan mencari penumpang, sesekali berteriak ayo bu, pa, cimalaka... legok... paseh... dan penumpang masih tidak kunjung datang.
Sekitar dua ratus meter sebelum griya Sumedang, jalan mulai macet, sopir angkot terlihat gelisah lalu salip kiri menuju perempatan ojolali, ngetem sebentar namun penumpang tak kunjung datang, angkot melaju kembali, sampai di depan griya ada polisi, mobil melaju semakin pelan sambil membunyikan klakson sopir angkot kembali berteriak cimalaka bu, legok paseh, karena bikin jalan tambah macet, pak polisi menegur sopir angkot dengan nada setengah membentak
"Woi percepat percepat, ayo cepat!"
"Percepat - percepat, aing mah neangan penumpang atuh pak" sopir angkot menggerutu terpancing nafsunya dan tetap menjalankan mobilnya pelan - pelan.
Pak polisi terlihat berjalan menghampiri angkot dan saking kesalnya sopir angkot menginjak gas dalam - dalam hingga badan saya oleng ke belakang. Tanpa lihat kanan kiri, mobil pun dibawa melaju di tengah jalan, menyalip mobil - mobil yang berada di depannya, seperti balapan di film - film bioskop trans tv tetapi ini balap sendirian, mobil terus melaju kencang, sudah tak terhitung berapa kali akan terjadi tabrakan.
"A bade kamana" tanya sopir angkot
"Ka cicelot kang"
Mobil semakin melaju kencang, seperti balapan formula 1 tetapi ini balap sendirian, sampai saya kaget bukan kepalang (jika tangan tidak cepat - cepat menahan ke salah satu tiang pintu belakang mobil mampuslah kepala saya membentur tiang tersebut) saat mobil tiba - tiba berhenti mendadak, sedikit lagi mencium pantat dump truck. Rasa kesal, marah dan kasihan pada sopir angkot yang hanya membawa satu penumpang terus berkelahi dalam pikiran.
Mau marah pada siapa, sopir angkot terpancing nafsunya oleh pak polisi, pak polisi setengah membentak mungkin kesal dengan angkot - angkot yang sulit diatur, angkot - angkot sulit diatur sebab banyak penumpang yang menunggu angkot di sekitar pak polisi yamg sedang mengatur jalan.
Tidak lama kemudian sampailah angkot di jalan raya cicelot, saya menghentikan angkot tersebut, dan memberikan uang lebih dari tarif biasa, saat sopir hendak memberikan kembalian, saya tidak menghiraukannya sebab malas melihat muka sopir pembalap yang balap tanpa lawan, dijalan raya lagi, dan pake mobil angkot, seratus persen tidak boleh dicontoh oleh sopir - sopir lainnya.
Topik
September 2014
No comments:
Post a Comment