Wednesday, November 25, 2015

Sepotong Kisah di Musim Hujan

Aku suka hujan dibulan desember... alunan lagu dari band Efek Rumah Kaca terdengar sayup dari pemutar musik hp yang sengaja saya atur volumenya agar terdengar sayup - sayup.

Di luar sana cuaca mendung, angin khas musim hujan masuk lewat jendela, membelai saya, menambah mantapnya perasaan saya yang sedang mengenang kisah di musim hujan.

Beginilah sepotong kisah di musim hujan.

Pendidikan dasar pelajar pencinta alam sewaktu SMA yang dilaksanakan di musim hujan, dimana wajah saya diolesi semir sepatu cap burung kiwi, terutama olesan dibawah hidung yang digambar  seperti kumis para jawara, betapa tidak nyaman sekali, bukan masalah gambar olesannya, tapi panasnya itu menyiksa kulit, sambil berjalan dalam guyuran derasnya air hujan dalam hati saya menggerutu, tega sekali engkau wahai para senior.. , eh maaf para kakanda senior, saya menulis ini bukan maksud menumpahkan kekesalan saya terhadap pendidikan dasar, yang bau aroma balas dendam itu, tapi berhubung saya merasa perlu memaparkan sedikit latar belakang mengapa saya, untuk nembak wanita pujaan saja harus mendaki gunung dulu.

Dikeadaan hujan di puncak gunung dan seremnya halilintar, sambil mencabuti lintah darat yang nempel di kaki, saya duduk ketakutan, takut kesamber petir, maksud mendaki gunung pada waktu itu, saya akan menembak wanita pujaan hati via hp karena tempat tinggal wanita pujaan hati  jauh di cijerah bandung sana, perbatasan cimahi, sedangkan saya di sumedang (padahal sejujurnya pada waktu itu saya tidak berani nembak langsung dihadapan wanita pujaan hati , agar tidak terlihat cemen saya memutuskan nembaknya di puncak gunung via hp).

Tiba sore menjelang malam dia belum saya tembak, saya takut dia sedang mandi atau sibuk atau sedang mempersiapkan segala sesuatu menjelang malam, tiba malam belum juga saya tembak, saya takut dia sudah mau bobo, ya sudah besok pagi saja, esoknya jam 6 didalam pikiran ada yang berkelahi antara "tlp saja" dan "jangan tlp" sekitar jam delapan "tlp saja" memenangkan perkelahian

Dan saya pun, dengan hati berdebar - debar, tangan gemetaran, memijit tombol hp dengan nomor tujuan wanita pujaan saya, di cijerah sana tlp diangkat.

Halo, terdengar suaranya merdu sekali

Halo, pandangan sekeliling terasa gelap

Halo, maaf ini siapa ya, halo, tlp saya tutup, dan penyesalan datang menunjuk nunjuk saya, dasar bodoh, pegecut, kenapa tak kau tembak, gitu aja gak berani, apalagi jika dihadapannya langsung, bisa bisa mati berdiri kau.. payah.

Hujaaan hujan jangan marah, hujan hujan jangan marah..lagu dari band Efek Rumah Kaca kembali terdengar kali ini sedikit keras.

No comments:

Post a Comment